PLTM Lodagung, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, yang saat ini dikelaola oleh Jasa Tirta Energi. |
ENERGITRANSFORMASI
– Letak geografis keberadaan Tanah Air Indonesia, disebut-sebut sebagai
surganya dunia. Bagaimana tidak, sejumlah impian bagi Negara lain terkait
dengan alam nusantara ini, tidak dimiliki oleh Negara lain. Hal ini tentu saja
menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakatnya.
Namun, kebanggan hanya tinggal kebanggan saja, jika apa yang
diberikan Tuhan akan alam Indonesia tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal,
khususnya dalam pengadaan energy alternative atau saat ini disebut sebagai energy
yang ramah lingkungan.
Energi Baru Terbarukan (EBT) sejatinya bukanlah mimpi
belaka. Saat dunia internasional mencanagkan penggunaan energy bersih,
Indonesia juga turut ambil bagian dalam program penyelamatan bumi ini. Indonesia
memiliki sumber EBT t berasal dari tenaga surya, angin, panas bumi, hingga air.
Mengomentari bagaimana potensi alam Indonesia, Direktur
Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, untuk EBT yang bersumber dari
air, potensi di Indonesia dinilai cukup besar.
Berdasarkan catatannya, potensi energi yang bersumber dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air ataupun Mikrohidro (PLTA/MH) mampu mencapai 95
gigawatt (GW). Namun sampai dengan sejauh ini, yang dapat dimanfaatkan baru 6,4
GW.
“Potensi yang sangat besar ini harusnya bisa dioptimalkan.
Apalagi PLTA ini merupakan EBT yang bisa menjadi peaker atau mampu menjaga
beban puncak jika dibandingkan dengan EBT yang lain seperti PLTS, PLTB yang
masih bersifat intermitten,” ucap Mamit dikutip dari Tribunnews, Jumat
(4/3/2022).
Lebih jauh, Mamit menjelaskan, bagaimana PLTA menjadi energy
alternative yang diyakini sebagai pembangkit zero emission.
“Sama seperti panas bumi dan nuklir yang mampu menanggung
beban besar. PLTA juga merupakan pembangkit yang benar-benar zero emision
karena tidak memerlukan backup sumber energi lain yang berasal dari fosil,” jelasnya.
Terkait apakah nilai investasi PLTA bisa lebih murah
dibandingkan yang lain, Mamit menyebutkan bahwa sangat mungkin sekali terjadi. Hal
tersebut karena teknologi PLTA semakin berkembang sehingga bisa menjadi lebih
murah lagi.
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong dan mengakselerasi penggunaan EBT di
Tanah Air. Target bauran EBT nasional pada tahun 2025 dipatok sebesar 23
persen.
Jika dirinci, angka bauran energi nasional terdiri dari EBT
sebesar 23 persen, gas bumi sebesar 22 persen, minyak bumi sebesar 25 persen,
dan batubara sebesar 30 persen.
“Investasi memang masih tinggi, tapi PLTA usianya juga akan
lebih panjang. PLTA juga bisa menjadi konservasi sumber daya air kita serta
memberikan manfaat lain yang cukup banyak. Multiplier effect-nya besar,”
pungkasnya.