Kepala Magister Komunikasi Pasca Sarjana Universitas Budi Luhur (UBL) Umaimah Wahid
ENERGITRANSFORMASI, JAKARTA – Media Sosial (Medsos) menjadi sarana informasi yang saat ini digunakan oleh masyarakat milenial. Informasi dalam genggaman, sudah menjadi realisasi masyarakat urban saat ini. Generasi milenial sebagai generasi muda saat ini, banyak menyerap informasi yang berseliweran di jagad medsos hingga terlihat tak terkontrol.
Mengamati perkembangan medsos saat ini, siapapun bisa
menjadi narasumber ataupun pusat berita. Namun yang jadi pertanyaan, apakah
berita yang disebar disebut sebagai berita hoax atau berita yang bisa
dipertanggung jawabkan?
Kepala Magister Komunikasi Pasca Sarjana Universitas
Budi Luhur (UBL) Umaimah Wahid, mengatakan harusnya bermedsos harus digunakan
untuk hal-hal positif.
“Memang kita tidak bisa mengerem atau malarang orang untuk
bermedsos, siapapun itu, lembaga apapun atau partai politik apapun,” ujarnya di
sela-sela launching pintar politik di Kampus Universitas Budi Luhur, beberapa
waktu lalu.
Namun demikian, sebagai pendidik di perguruan tinggi,
dirinya berharap, dengan menyadari bangsa ini mempunyai dasar Pancasila, UUD, yang
merupakan etika, filosofi sebagai identitas masyarakat Indonesia, dengan
ditambah nilai-nilai kebudi luhuran, hal itu bisa diredam.
“Di UBL ada larangan-larangan sebanyak 45 item, tidak
boleh menfitnah, mencuri, bohong, membuat orang sengsara, dan lain-lain, harus
jujur, cinta kasih, tolong menolong, kosekuensi logisnya adalah sebagai bentuk
tanggung jawab bahwa politik itu harus beretika,” ungkapnya.
“Oleh karena itu harusnya sosial media sekarang ini
bisa digunakan dalam bentuk hal apapun. Bukan hanya dalam bidang politik semata,
secara beretika. Karena kita juga memikirkan orang lain di lingkungan Negara,
bangsa dan generasi penerus, karena mereka baca, belajar melalui menonton dan
sebagainya, yang mana para milenial itu sumber informasinya melalui internet
atau medsos,” papArnya.
Dirinya menekankan, logisnya medsos sudah dijadikan
generasi saat ini sebagai referensi mereka. Harusnya medsos diisi dengan
hal-hal yang beretika dan berbudi luhur.
“Kalau ada informasi yang seimbang, misalkan informasi
positif, bisa menjadi alternatif. Sambil kita berharap medsos ini bisa
digunakan secara pintar, untuk hal-hal yang berguna, jangan sampai kita masuk
ke dalam Negara yang bermedsos paling banyak tetapi news fullness nya tidak masuk 10 besar Negara dunia,” katanya.
“Kita tidak berharap itu. Seharusnya medsos ini bisa
digunakan semaksimal mungkin untuk mencapai peradaban bangsa yang lebih bagus,
melalui politik, pendidikan, sosial budaya dan lain-lain,” pungkasnya..