-->
  • Jelajahi

    Copyright © EnergiTransformasi.Id | Bertransformasi Bangun Negeri
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pemerintah Mentarget, Namun Bauran EBT Saat Ini Jauh dari Harapan

    Redaksi
    Kamis, 22 Desember 2022, 18:19 WIB Last Updated 2022-12-22T11:19:40Z

     

    Ilustrasi Bauran EBT di tanah air.

    ENERGITRANSFORMASI, JAKARTA – Sejak tahun 2011 Kementerian Keuangan berkolaborasi dengan Kementerian ESDM c.q. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) berkomitmen untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan yang sudah ditetapkan sebesar 23% pada tahun 2025 mendatang, yang mana hal ini dilakukan melalui kebijakan APBN.

     

    Namun, target pencapaian yang digadang-gadang dapat dicapai, keadaan saat ini terkait bauran energy justru mengkhawatirkan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap energi fosil masih mendominasi bauran energi nasional hingga 87,4%. Sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru 12,6%.

     

    "Jadi memang angkanya ini tidak terlalu baik ya dari sisi persentase, karena ini dibagi dengan total. Fosil ini naiknya cepat, EBT-nya memang naiknya kecil, sehingga persentase ini sepertinya tidak naik," ujar Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana dalam Forum Transisi Energi disiarkan melalui saluran YouTube Humas SKK Migas, dari detik.com, Kamis (22/12/2022).

     

    Kendati demikian, Dadan mengatakan, kalau dihitung secara mendetail sumbangsih EBT dalam bauran energi nasional terus meningkat walau tidak terlalu signifikan. Salah satu contohnya dalam pembangkit listrik bertenaga EBT.

     

    "Kalau dihitung misalnya dari total pembangkitnya, kita nambah terus. Setiap tahun itu rata-rata 500 megawatt masuk dari pembangkit EBT. Memang ini kecil, tapi dari sisi pembangkit, karena pembangkit EBT kecil-kecil, ini sudah cukup banyak masuk," kata Dadan.

     

    Namun ia mengakui, untuk mengejar target penurunan emisi karbon hingga 23% di 2025, terbilang cukup menantang. Dadan menyebut, angka sumbangsih tahunannya harus mencapai 2.000 megawatt. Artinya, empat kali lipat dari jumlah yang sekarang baru terpenuhi.

     

    "Mungkin menurut saya kalau kita sama-sama bersepakat, mungkin (tercapai). Kan kalau kita bangun PLTS, itu setahun kita bisa bangun kalau barangnya ada. Ini kembali lagi nanti, rantai suplainya memang lagi agak terganggu," katanya.

     

    Atas hal inilah, hingga kini bauran energi masih didominasi oleh energi fosil, seperti batu bara, gas, dan minyak bumi. Walaupun, lanjut Dadan, sebetulnya gas digolongkannya masuk ke dalam transisi ke energi rendah karbon karena emisi jauh lebih rendah dari batu bara.

     

    Dadan mengatakan, saat ini pemerintah pun terus melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui kebijakan pensiun dini PLTU berbahan bakar batu bara. Sementara dari sisi hilir, pemerintah juga terus berupaya mendorong transisi dari kendaraan yang mengkonsumsi bahan bakar fosil (BBM) ke kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini